Uncategorized

Wanita 22 Tahun Positif Corona setelah Melahirkan karena Tertular Ipar & Tetangga, Ini Nasib Bayinya

Kronologi wanita 22 tahun dinyatakan positif corona setelah melahirkan, ini nasib sang bayi. Usia bayinya baru 14 hari, wanita asal Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur harus menerima kenyataan dirinya positif Covid 19. Wanita tersebut tertular oleh saudara ipar dan tetangganya yang terlebih dahulu dinyatakan positif.

Perempuan tersebut dinyatakan positif virus corona setelahmelahirkanbayinya yang masih usia 14 hari, Selasa (28/4/2020). Sebelum positif, warga Desa Labangka, Kecamatan Babulu, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Kalimantan Timur ini, sudah berstatus orang tanpa gejala (OTG) Covid 19 saat sedang hamil. Dia melakukan kontak erat dengan tiga pasien yang sudahpositif coronasebelumnya dari klaster Ijtima Ulama Dunia, Gowa, Sulawesi Selatan.

Setelah lahir, tim medis sempat melakukan rapid test terhadap bayinya dan hasilnya reaktif. Namun setelah swab ternyata negatif. Hanya ibunya yang positif. “Kita doakan semoga bayi tersebut tetap sehat. Hasil swab bayinya negatif,” ungkap Bupati Penajam Paser Utara, Abdul Gafur Masud saat dihubungi Kompas.com , Kamis (30/4/2020).

Karena punya bayi, pasien ini menjalani tidak menjalani isolasi di rumah sakit, hanya di rumah bersama bayinya. Tenaga kesehatan dari Dinas Kesehatan PPU telah membekali sejumlah arahan merawat bayi agar tak terjangkit, terlebih saat menyusui. “Kita wajibkan ibunya selalu pakai masker. Untuk bayinya kita beri alat perlindung, ketika menyusui pun aman,” ungkap Kepala Dinas Kesehatan PPU, Arnold Wayong terpisah.

Arnold mengatakan pasien tersebut terpapar karena transmisi lokal. Sebab, yang bersangkutan tidak memiliki riwayat perjalanan ke luar daerah. Hanya, dia satu rumah dengan iparnya dan dua tetangganya yang sudah dinyatakan positif sebelumnya dari klaster Ijtima Ulama Dunia, Gowa, Sulawesi Selatan. Hingga Rabu (29/4/2020), total pasien positif corona di PPU berjumlah 15 orang, satu diantaranya dinyatakan sembuh, pada Selasa (28/4/2020).

Tersisa 14 pasien lain yang masih mendapat perawatan medis di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ratu Aji Putri Botung, PPU. Sementara, pasien dalam pengawasan (PDP) yang masih menunggu hasil pemeriksaan lanjutan sebanyak 14 orang. Semakin meningkatnya jumlah kasus positif corona di Indonesia malah tidak diimbangi dengan kejujuran masyarakat.

Pihak RS Sardjito Yogyakarta akhirnya memilih melakukan tes swab pada 53 tenaga medis setelah keluarga pasien positif Covid 19 tidak berkata jujur. Hal ini bermula dari kecurigaan perawat tatkala mendapati suami penunggu pasien tak lagi terlihat menunggu sang istri. Kepala Bagian Hukum dan Humas RSUP Dr Sardjito Yogyakarta, Banu Hermawan membenarkan kejadian tersebut.

"Iya benar, keluarganya yang tidak jujur,"ujar Kepala Bagian Hukum dan Humas RSUP Dr Sardjito Yogyakarta, Banu Hermawan, Kamis (30/4/2020). Banu menceritakan awalnya ada pasien dengan penyakit kanker. Pasien ini dirawat di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta.

"Sebelum masuk, pasien ini kita rapid test dulu. Hasil rapid test pertama non reaktif," bebernya. Karena hasilnya non reaktif, pasien ini dilakukan perawatan sebagai pasien non orang dalam pemantauan (ODP) maupun non pasien dalam pengawasan (PDP). Saat berada di rumah sakit, pasien ini ditunggu oleh suaminya.

Namun beberapa hari, mendadak suaminya tidak terlihat menunggu di rumah sakit. "Perawat kemudian bertanya kepada anaknya yang menunggu. Bapakmu dimana? Biasanya bapakmu yang menunggu," tuturnya. Dijawab jika bapaknya dirawat di RSUD Sleman. Dari hasil rapid test dan swab bapaknya dinyatakan positif Covid 19.

Mendapat informasi tersebut, RSUP Dr Sardjito lantas melakukan rapid tes kedua terhadap pasien tersebut. Hasil rapid test ternyata reaktif. Dari informasi, diketahui suami pasien tersebut pernah kontak dengan positif Covid 19.

"Ternyata diinfokan bapaknya pernah satu mobil dengan pasien positif yang meninggal," urainya. RSUP Dr Sardjito lantas melakukan tracing terhadap tenaga medis yang melakukan kontak dengan pasien tersebut. Jumlahnya sekitar 53 tenaga medis.

Para tenaga medis ini juga diminta untuk isolasi mandiri sampai hasil tes swab keluar. "Tenaga medis yang awalnya menangani pasien ini itu dari penyakit dalam. Jumlahnya 53 tenaga medis, tapi itu masih bisa berkembang nanti," urainya.

Sebanyak 53 tenaga medis ini lantas dilakukan tes swab. Tes swab dilakukan dua hari. "Nah untuk memutus mata rantai dilakukan tes swab, Senin dan Selasa kemarin. Hasilnya nanti saya rilis," ujarnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *