Uncategorized

Mahasiswa di Malaysia Bunuh Diri Overdosis Obat Pereda Sakit Kepala

Pengguna Twitter asal negeri Jiran Malaysia berbagi kisah sedih yang menimpa teman dekatnyayang harus mengambil jalan pintas karena ia tidak tahan dengan tekanan keluarga. Dalam unggahannya, ia menceritakan jika teman sekamarnya baru saja menghembuskan napas terakhir pada hari Senin, (20/7/2020). "Roommate aku baru meninggal tadi. Bunuh diri telan Pan**** entah berapa papan. Baru pagi tadi breakfast sama²,” tulis@sonoflukas dalam unggahannya, Senin, (20/7/2020).

Hingga saat ini, postingan tersebut telah mengumpulkan 15,1 ribu retweet dan 33,6 ribu kali suka. Selain itu, postingan tersebut juga dibanjiri dengan komentar dari netizen yang menyatakan simpati dengan pengguna tersebut. Pengguna Twitter yang dikenal sebagai Shin mengatakan dia sendiri tidak berharap pertemuannya dengan sahabatnya, Amir Senin pagi lalu merupakan pertemuan yang terakhir.

Menurut pria berusia 25 tahun itu, pada pagi hari saat kejadian, mereka sempat sarapan bersama dan temannya mengatakan ingin kembali ke rumah orang tuanya pada siang hari untuk memberikan hadiah ulang tahun untuk adiknya. "Pada jam 12 siang seperti itu saya mendapat WhatsApp dari Amir, dia menulis 'Kenapa keluarga saya seperti ini?'. "Aku banyak mengirim pesan spam berkali kali, tetapi pada jam 2 itu baru ada balasan, seseorang baru saja menjawab 'Abang Shin ni Aira, saudara perempuan Amir. Amir sudah pergi'.

"Saat mendapat balasan dari adik almarhum dan mengatakan dia sudah tidak ada. Aku segera ambil kunci mobil untuk pergi ke rumah keluarga almarhum. Di kepalaku aku hanya bisa berdoa agar semua ini mimpi,” tulis Shin dalam unggahannya. Shin menggambarkan kepergian Amir sebagai akibat dari tekanan keluarga. Shin mengenal Amir sudah sejak lima tahun lalu, Shin menggambarkan temannya yang juga belajar di jurusan yang sama, yaitu Sarjana Teknik Kimia, sebagai seseorang yang pendiam.

"Almarhum itu pendiam dengan orang orang yang tidak dikenalnya. Tetapi kalau dengan teman teman dekatnya, dia dekat. Tapi dia tidak pernah berbagi masalahnya dengan orang lain selain saya,"katanya. Menurut Shin, Amir didiagnosis mengidap Peripheral Personality Disorder (BPD) dan Depresi dan kematiannya mungkin karena tekanan keluarga. "Adalah sejak 2 3 sem akhir ni Amir macam drop sikit. Cuti semester lalu hari tu,rupanya mak abah dia marah sampai sanggup bakar smua koleksi komik almarhum kononnya Amir tak fokus belajar sebab bnyk buat benda yang lalai. Padahal almarhum beli pakai duit poket usaha sendiri dari zaman smk.

"Amir pernah cerita, tahun lepas dia tunjuk surat doktor kat mak abah dia. Aku bipolar, so aku boleh bayangkan macam mana Amir kumpul kekuatan dia untuk lebih kuat, mak abah dia pasal masalah mental dia. Mungkin almarhum waktu itu harapkan support dari mak abah dia. Tapi apa respon orangtuanya? ,"ungkap Shin. Semenjak diketahui pihak keluarga jika Amir mengalami bipolar, Amir justru semakin mendapat banyak tekanan dari pihak keluarga. Orangtua Amir justru menyalahkannya sehingga membuat Amir semakin tertekan.

"Orangtuanya malah menyalahkan Amir, Amir tak rajin ibadah. Amir malas belajar. Amir tak pandai macam abang macam kakak. Amir salah itu, Amir salah ini. Amir semua tak betul,"ungkap Shin. Sebelum Amir meninggal dunia, ayah Amir sempat mengatakan untuk pergi berobat kampung. Disamping saran yang diberikan, sang ayah justru menekan anaknya tersebut.

"Siang itu aku dah ada sampai depan rumah almarhum tunggu jenazah. Aku tanya Aira (adik almarhum), apa dah jadi sebenarnya? Aira kata, abah gertak Amir. Kalau Amir tak nak ikut abah pergi berubat kampung, abah tak nak ngaku Amir anak ayah lagi. "Abah cakap abang memalukan ,"tambah Shin dalam utasannya. Amir pun merasa semakin tertekan disamping dari penyakit yang dialaminya tersebut. Almarhum sebelum dia meninggal, dia pernah bercakap, jika terjadi sesuatu padanya, dia meminta bantuan untuk merawat adik perempuannya, yang baru sekolah menengah tingkat 2.

"Penyebab? Saya hanya orang luar. Tapi dari apa yang saya lihat dan dengar, tekanan dari keluarga mungkin menjadi penyebab utama. Karena jika saya melihat hasil Amir, tidak satu semester pun memiliki IPK di bawah penunjuk 3,50. "Sudah sejak 2,3 semester terakhir bahwa tanda Amir tampaknya drop sedikit. Amir benar benar tertarik pada bidang yang dia pelajari. Kami kehilangan seorang permata,"tulis Shin dalam unggahannya. Menurut Shin, Amir tidak menunjukkan tanda tanda ingin 'pergi' tetapi ia berulang kali memintanya untuk mengunjungi saudara perempuannya yang berusia 14 tahun.

"Almarhum sebelum dia meninggal berkali kali pernah berkata, jika sesuatu terjadi padanya, dia meminta bantuan untuk merawat adik perempuannya. "Barang barang milik almarhum masih di ruangan ini. Saya berencana Sabtu ini untuk mengembalikan apa yang patut saya pulangkan,”tambahnya lagi. Karena tidak tahan terhadap tekanan yang diterima, Amir mengambil jalan pintas dengan menelan overdosis obat pereda sakit kepala.

Masih terkesan dengan kehilangan salah satu teman dekatnya, Shin mengatakan berbagi cerita melalui postingannya di Twitter adalah untuk memberikan pesan kepada publik tentang pentingnya dukungan keluarga untuk individu yang terganggu oleh masalah kesehatan mental. "Terutama mereka yang lahir sebelum tahun 90 an, pengetahuan mereka tentang mental illness sangat cetek dan dangkal. "Tapi yang pasti, orang tua yang tidak mampu menjadi contoh yang baik untuk anak anak mereka akan melahirkan generasi yang sakit. Sholat dan ibadah tidak cukup jika mereka tidak dilengkapi dengan rasa bersyukur ,"katanya dikutip dariMstar.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *