Merek sepeda asal Inggris, Brompton, menjadi populer akhir akhir ini. Hal ini menyusul meningkatnya tren bersepeda di masa pandemi Covid 19. Brompton juga menjadi perhatian karena harganya yang dianggap sangat tinggi untuk sebuah sepeda.
Saat ini, harga sepeda Brompton dapat mencapai Rp 50 60 juta per unit. Namun, tidak sedikit yang memiliki sepeda lipat tersebut. Lantas mengapa harga sepeda Brompton bisa tinggi?
Founder of Brompton Owner Group Indonesia, Baron Martanegara, mengungkapkan harga Brompton di era pandemi sangat melambung dibanding sebelum pandemi. "Misal kita ambil tipe basic , awalnya dulu itu antara Rp 23 25 juta, kemudian tiga bulan kemudian Rp 33 35 juta, mulai pandemi ini jadi Rp 50 60 juta, itu yang standar," imbuh Baron. Baron menjelaskan, ada dugaan permainan bisnis yang menjadi penyebab meroketnya harga sepeda Brompton.
"Itu harga yang dimainkan, karena sorry sorry aja, banyak pemain atau pedagang baru yang berhijrah menjadi berbisnis Brompton," ujarnya. Menurutnya, saat ini banyak pedagang Brompton yang sebelumnya tidak memiliki latar belakang bisnis sepeda. "Yang saya lihat ada pemain kosmetik, pedagang susu, semua berbisnis Brompton, mungkin cuan nya gede kali ya," ujar Baron.
Pemilik modal, disebut Baron, mencoba memasang harga tinggi untuk melihat respons masyarakat. Ternyata, ada pula masyarakat yang mau membeli dengan harga tinggi. "Nah ini jadi cek ombak, pasang harga segini, ternyata ada yang beli, akhirnya terus terus aja dinaikin harganya, nah masalahnya ada yang beli juga," ungkap Baron.
Sementara itu Baron menyebut tidak ada komponen yang terlalu dispesialkan dari Brompton. Mahalnya harga Brompton disebut karena tingginya nilai brand dan spekulan penjual. "Spekulan aja jadi mahal, kalau dari komponen, Brompton ya gitu gitu aja dari dulu," ungkapnya.
Diketahui, pada Desember 2019 lalu terdapat kejadian penyelundupan Brompton di maskapai Garuda Indonesia. Saat itu, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) juga menyita onderdil Harley Davidson dan dua buah sepeda lipat Brompton. Harley Davidson dan sepeda Brompton itu diselundupkan dari Prancis ke Indonesia.
Baron membantah kejadian tersebut mempengaruhi minat dan harga Brompton di Indonesia. "Sebenarnya yang namanya Brompton kalau bicara harga, memang dulu udah mulai naik, tapi wajar," ungkap Baron. Namun, Baron menyebut saat ini harga Brompton memang tidak wajar.
"Sekarang karena pandemi, kemudian banyak pemain baru, spekulan yang memasang harga tinggi," ujarnya. "Kalau masalah kasus penyelundupan Brompton di maskapai ya hanya kebetulan," ungkap Baron. Diketahui, kegiatan bersepeda menjadi tren di era pandemi.
Pengamat menyebut tren ini tidak hanya terjadi di tingkat nasional. Melainkan, hampir seluruh dunia mengalami kenaikan tren pesepeda. Faktor kesehatan dan dibatasinya olahraga indoor di masa pandemi Covid 19 dinilai sebagai penyebab naiknya minat bersepeda.