Pengamat Politik Syahganda Nainggolan mengungkap kemungkinan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan maju di Pilpres 2024. Menurutnya, Anies Baswedan hingga kini belum punya saingan yang seimbang untuk maju mencalonkan diri sebagai presiden selanjutnya. Terlebih, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu disebutnya tak pernah memiliki keinginan menipu rakyat.
Hal tersebut disampaikan Syahganda Nainggolan melalui tayangan YouTube Realita TV, Sabtu (8/3/2020). Mulanya, Syahganda mengungkap kemungkinan Anies Baswedan bakal menggandeng Sandiaga Uno hingga Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). "Kalau mungkin nanti misalkan Anies menggandeng orang kayak Sandiaga Uno atau menggandeng orang seperti AHY dari Partai Demokrat," kata Syahganda.
Jika hal itu terjadi, menurutnya Anies Baswedan akan didukung empat partai di Pilpres 2024. "Maka itu kemungkinan empat partai akan bergabung di sana," jelas Syahganda. "Yaitu PKS, kemudian PAN, kemudian Demokrat, dan NasDem, itu sudah cukup membuat satu kubu."
Tak hanya itu, Syahganda juga memprediksikan kubu pesaing Anies Baswedan di Pilpres 2024. "Nah kubu lain ini Megawati dan Prabowo akan tetap pada komitmen kemarin, mereka itu adalah Prabowo dan Puan," ucapnya. "Tinggal Jokowi, mungkin akan mendukung Tito dan Airlangga, misal seperti itu."
Hingga kini, Anies Baswedan disebutnya belum memiliki saingan yang cukup seimbang. "Tapi ini cukup, 20 persennya cukup," terang Syahganda. "Menurut saya, Anies ini di kelompok yang sini tadi memang belum ada alternatif."
"Saya bicara dari komponen sosiologinya, jadi artinya Anies ini sampai sekarang belum ada (saingan)," sambungnya. Lebih lanjut, Syahganda pun mengungkap pujiannya terhadap Anies Baswedan. Menurut dia, Anies Baswedan tak pernah memiliki niat untuk menipu rakyat.
"Yang kedua, dari sisi yang saya bilang tadi. Memang Anies ini enggak pernah ada pikiran korupsi, enggak pernah ada pikiran nipu rakyat," jelas Syahganda. "Ini enggak pernah, ada jejaknya dari mahasiswa sampai sekarang." Dalam tayangan tersebut, sebelumnya Pengamat Politik Hendri Satrio blak blakan menyinggung alasan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) selalu mengkritisi Gubenur DKI Jakarta, Anies Baswedan.
Satu di antaranya yakni karena PSI tak berani secara langsung mengkritik Presiden Joko Widodo (Jokowi). Pernyataan blak blakan Hendri Satrio itu bahkan membuat pengamat politik Rocky Gerung terbahak. Hendri mulanya menceritakan pernyataan kader PSI saat berdiskusi dengannya.
"Dalam sebuah perbincangan di salah satu tv swasta, saya tanya terus terang sama kader partai ini, PSI gitu ya," kata Hendri. Pada kesempatan itu, Hendri mengaku sempat menanyakan soal alasan PSI kerap mengkritik Anies Baswedan. "'Anda (PSI) dari tadi menyebutkan terus Anies programnya A menolak, programnya B menolak. Ada enggak yang Anda sepakati?'," ucap Hendri.
"Ada kata dia (PSI), 'Pada saat Anies buat barongsai, yang kedua Cristmast Carol'." Berdasarkan pernyataan itu, Hendri menilai PSI hanya menggunakan Anies Baswedan sebagai kendaraan politik. "Dan itu yang memang secara gamblang disampaikan bahwa 'Saya itu penginnya begini, inilah captive saya'," ujar Hendri.
"'Saya gunakan Mas Anies yang memang bukan seperti captive saya, untuk kendaraan politik'." Tak hanya itu, Hendri juga secara blak blakan mengungkap ketakutan PSI mengkritik Jokowi. Menurut dia, ketakutan itu berkaitan dengan aliran dana yang diterima PSI sebagai partai politik.
"Karena ngritik Jokowi takut mereka, takut selesai itu barangnya karena bisa selesai juga aliran dana buat mereka kan," terang Hendri. Mendengar pernyataan itu, tampak Rocky Gerung yang duduk di samping Hendri pun tertawa lebar. "Jadi ya dia kritik yang enggak punya kekuatan politik besar, sosok yang namanya Anies Baswedan," sambung Hendri.
Lebih lanjut, Hendri menyatakan Anies Baswedan menjadi sasaran untuk dikritik karena memiliki banyak pendukung. Tak hanya itu, Anies Baswedan juga disebutnya tak memiliki daya yang besar dalam menghentikan jalan politik PSI. "Yang dikritik tidak punya kekuatan politik besar, artinya tidak memliki kemampuan untuk menghentikan panggung politik mereka," tutur Hendri.
"Tapi punya masa yang banyak, jadi terus terusan aja disampaikan begitu."