Bayangkan jika limbah yang kita hasilkan dari proses pembuatan makanan dapat diubah menjadi sumber energi yang berguna. Hal itu bukanlah mimpi belaka, melainkan kenyataan yang diwujudkan oleh sekelompok mahasiswa bersemangat dari Universitas Pertamina. Mereka telah berhasil menjadikan limbah tahu dan kotoran sapi menjadi biogas dalam waktu yang sangat singkat!
Kisah ini dimulai dari sebuah desa kecil yang terletak di Kabupaten Bogor, bernama Desa Bojongkulur. Desa ini terkenal sebagai penghasil tahu yang cukup besar, mampu memproduksi hingga 2.000 tahu setiap harinya. Namun, manajemen limbah tahu di desa tersebut belum optimal. Melihat peluang ini, para mahasiswa Teknik Perminyakan dari Universitas Pertamina, dengan semangat kewirausahaan mereka, memutuskan untuk mencoba mengubah limbah tersebut menjadi biogas.
Dalam sebuah wawancara daring, Yama, salah satu mahasiswa tersebut, menjelaskan bahwa mereka menggabungkan limbah tahu dengan kotoran sapi untuk mengaktifkan bakteri dalam proses pembuatan biogas. Proses ini melalui dua tahapan utama. Tahap pertama adalah inokulasi, di mana kotoran sapi dimasukkan ke dalam reaktor dan didiamkan selama beberapa hari. Setelah gas metana terhasilkan, barulah tahap kedua dimulai, yaitu adaptasi, di mana limbah tahu secara perlahan dimasukkan ke dalam reaktor hingga mencapai target produksi.
Namun, tantangan tidak berhenti di situ. Proses produksi biogas yang lama menjadi hambatan utama dalam penerapan energi alternatif ini. Untuk mengatasi hal ini, mereka menggunakan panel surya sebagai alat pemanas untuk mempercepat proses. Panel surya membantu meningkatkan suhu reaktor hingga mencapai 50 derajat Celsius, sehingga aktivitas bakteri dalam mengolah limbah menjadi biogas dapat ditingkatkan.
Hasilnya sungguh memuaskan! Dengan bantuan teknologi dan semangat pantang menyerah, mereka berhasil menghasilkan biogas dua kali lebih cepat dibandingkan dengan metode konvensional. Bahkan, biogas yang dihasilkan telah dimanfaatkan oleh dua rumah tangga, dan rencananya akan dipasang secara bertahap untuk memenuhi kebutuhan produksi tahu di Desa Bojongkulur.
Tidak hanya itu, proyek ini juga mendapat dukungan penuh dari rektor Universitas Pertamina. Menurut beliau, melalui pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada keberlanjutan, mahasiswa didorong untuk menjadi agen perubahan yang mampu memberikan manfaat bagi masyarakat. Proyek ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi mahasiswa lainnya untuk terus berinovasi dan memberikan kontribusi positif bagi lingkungan sekitar.
Bagi para calon mahasiswa yang tertarik untuk bergabung dan berkontribusi dalam proyek-proyek inovatif seperti ini, Universitas Pertamina kini membuka peluang pendaftaran. Informasi lebih lanjut dapat diakses melalui situs resmi mereka di https://pmb.universitaspertamina.ac.id/.