Uncategorized

Ketua RT yang Tampar Nenek di Bogor karena Bansos Kesal Dituduh Maling: Sudah Capek, tapi Disalahkan

Inilah pengakuanKetua RT berinisial AS pelaku penganiayaan terhadap NenekArni(70) atas peristiwa yang terjadi. Peristiwa penganiayaan tersebutterjadisetelahNenek Arnimengajukan protes soalbansosyang didapatnya. Permasalahan tersebut merupakan buntut dari buruknya pendataan penerimabansos.

Arni tidak terimabansosberas yang diterimanya dipotong. Ia pun mengajukan protes ke balai desa. Karenaketua RTtidak terima atas tuduhan Arni, ia pun tidak bisa mengendalikan emosinya.

Keributan pun terjadi di balai desa, Kampung Harapan, Desa Sukamaju, Kecamatan Cibungbulang, KabupatenBogor, Jawa Barat. Kasus penganiayaan terhadap nenek Arni di Bogor kini masih menjadi sorotan. Namunkedua pihak saat ini telah berdamai dan saling memaafkan.

Lantas bagaimana pengakuan ketua RT AS? AS menjelaskan kejadian bermula ketika Nenek Arni marah marah saat bantuan sosial (bansos) berupa beras dari Pemerintah Kabupaten Bogor, Jawa Barat dibagikan. AS mengaku tak sengaja menganiaya karena ia dalam keadaan lelah usai mengurusbansos.

Bankah, saat itu NenekArnimenuduh dirinya sebagai maling. Perkataan NenekArniitu diucapkan di depan warga Kampung Harapan,DesaSukamaju, KecamatanCibungbulang, Kabupaten Bogor. "Di sana saya dimaki maki, dituduh maling di depan banyak orang.

Makanya saya refleks bela diri dan kebetulan kena muka dia (NenekArni)," aku AS dilansir dari Kompas. AS menilai terjadi salah paham tentang penyaluranbansosdari Bupati Bogor berupa beras 30 kilogram per tiga bulan. Menurut AS, berdasarkan data, penerima bansos tertulis atas nama Nirlana yang tak lain adalah menantu Nenek Arni.

Meski demikian, Nirlana sudah bercerai dengan istrinya. Hingga kemudian disepakati penerimabansosdilimpahkan kepada NenekArnisebanyak satu karung atau 15 kilogram beras. Namun, lanjut AS, Nenek Arni tetap memaksa bahwa dirinya harus menerima dua karung beras.

NenekArnikemudian menanyakan perihalbansositu. Saat itu, dijelaskan penerima atas nama menantunya sudah pindah ke Desa Leuweungkolot. "Tapi dia ngotot dan saya sebetulnya juga bukan RT nya Nenek Arni. Makanya saya juga bingung, kenapa marah marah soal uang ke saya," imbuh AS.

Kepada NenekArni, AS juga memastikan bahwabansosyang bersumber dari Pemkab Bogor berupa beras itu tidak pernah ada pemotongan jatah. Pasalnya, keluarga mantan menantu NenekArnisudah ikhlas untuk memberikan 15 kilogram beras kepada sang Nenek. Sementara, sisa 15 kilogram lagi diberikan kepada tetangga yang lain.

"Kata Nirlana, ini kasih saja ke mantan mertua dan ke tetangganya. Jadi sedikit pun saya enggak ngambil dan saya salurkan semua, karena sudah ada kesepakatan dan beras turun 2 karung kecil, jadi total 30 kilogram," kata AS. AS juga menyayangkan sikap pemerintah daerah yang terkesan abai dalam menyelesaikan pendataanbansos.

Menurut dia, buruknya pendataan penerima bansos membuat ketua RT sebagai penyalur bansos menjadi pusing. Bahkan ketua RT sering menjadi sasaran protes warga. Terlebih ada warga yang cemburu karena belum mendapatbansos, hingga menganggap pengurus wilayah tidak adil.

"Jadi kadang kadang saya sedih, kerja sudah capek, tapi disalahkan. Makanya saya kepancing emosi, karena sudah terjadi beberapa kali. Padahal niat kita agar bansos merata, tapi malah jadi sasaran caci maki," ujar AS. Musyawarah berlangsung hingga dini hari dengan beberapa pihak termasuk kepolisian.

Alhasil, pelaku mengakui kesalahannya saat dilakukan pemanggilan dan mediasi itu. Dari pengakuannya, ketua RT AS mengaku khilaf saat menampar nenekArni. "Intinya pelaku (ketua RT) langsung meminta maaf dan mengakui kesalahannya dengan alasan khilaf dan memang benar ditampar.

Kemarin kemarin sih ada memar bekas tamparan tapi kalau sekarang mungkin udah hilang karena udah beberapa hari," imbuh Naih. Naih menuturkan, seharusnya sebagai ketua RT, bisa lebih bijak menyikapi pertanyaan masyarakat mengenaibantuansosial. Apalagi saat menghadapi masyarakat yang sudah lansia dan tidak mengerti tentangbansos.

"Kalau saya sebagai anaknya bisa menerima aja ya akhirnya dengan bijak saya juga tidak menuntut banyak. Intinya kalau masyarakat menanyakan ya seharusnya pemimpin (ketua Rt) jangan main tangan," tegas Naih. Anak pertama ini juga menyayangkan sikap ketua RT tersebut karena tidak bijak dalam menyelesaikan persoalanbansosyang memang rentan jadi sasaran protes.

"Pertama dia kurang kontrol (pak RT) dan karena orang tua otomatis ibu saya nuntut karena haknya tidak diberikan ya nuntut lah. Untungnya dia langsung meminta maaf karena merasa salah kalau udah begitu ya gimana lagi." "Ya kalau saya keluarga hanya ingin memberi efek jera bahwa sama seseorang itu jangan menganggap sepela lah kalau memang belum dapat ya jangan begitu.

Pesan dari saya sih kalau memang haknya ya jujur aja cuman ya seorang RT kalau urusan masyarakat ya kita harus lapang dada kalau ada protes karena saya juga mengalami," bebernya. KapolsekCibungbulangPolres Bogor Kompol Ade Yusuf menjelaskan bahwa kabar mengenai penganiyaan nenekArni(70) bermula karena meneriaki penyalurbansosatau ketua RT dengan sebutan maling. "Arni dengan nada emosi menyebut dan menuduh AS dengan sebutan maling karena disebut maling di depan orang banyak kemudian AS mendorong pipiArnisampai terjatuh," ungkap Ade.

Perselisihan paham antara nenekArnidengan ketua RT AS berawal dari menanyakan tentang Bansos Bupati Bogor berupa beras, karena penerima Bansos tersebut atas nama Nirlana yang tak lain menantuArniyang sudah bercerai dengan anaknya. Kemudian disepakati bahwa penerimabansostersebut dilimpahkan kepadaArnidan sudah terealisasi. Setelah terealisasi pelimpahan penerimabansostersebut, nenekArnimenerima satu karung beras.

Namun karena merasa harusnya menerima dua karung beras, kemudian nenek tersebut menanyakan perihalbansoskepada AS dengan nada emosi, kemudian oleh dijelaskan bahwa penerima atas nama menantunya sudah pindah ke Desa Leuweungkolot. Akhirnya, bantuan itu dilimpahkan ke nenekArniyang diberikan sebanyak satu karung atau 15 kilogram beras saja. "Udah dapat satu, dikasihkan bukan dipotong satu karung bukan. Karena satu karung jatah anaknya sudah pindah," kata Ade.

Karena kasihan, ketua RT kemudian menjanjikan nenek Ani bantuan uang tunai bila ada. Bantuan tak kunjung diterima. Nenek Ani lantas menagih pada ketua RT.

"Datanglah si nenek itu nagih ke RT, katanya mau ngasih, RT bilang gak ada nek. Berarti maling kamu, si RT dituduh maling," jelas dia. Lantaran tak terima dituduh maling di depan orang banyak, ketua RT akhirnya mendorong pipi nenekArni. Tak terima, nenekArnimengadu ke anaknya.

"Kemudian dibawa berobat terlebih dahulu ke RSUD Leuwiliang sekaligus meminta visum (VER)," jelas dia. Namun, lantaran belum ada laporan yang masuk ke pihak Kepolisian VER pun urung dilakukan. NenekArniyang juga didampingi anggota KNPI KecamatanCibungbulangmelaporkan kejadian tersebut ke PolsekCibungbulang.

Dengan adanya laporan tersebut, kedua belah pihak dipertemukan di kantor PolsekCibungbulanguntuk melakukan musyawarah. Kedua belah pihak, sambung Ade, akhirnya sepakat untuk berdamai. "Kedua belah pihak saling memaafkan dan ketua RT ini memberikan biaya untuk pengobatan sebesar Rp 1 juta. Pulangnya kita dari kepolisian kasih beras 5 kg," ujarnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *