Seleb

Datangi Psikolog Karena Punya Sifat Ini, Sarwendah Singgung Ketakutannya: Akunya Sedih atau Depresi

Istri Ruben Onsu, Sarwendah blak blakan mengaku punya satu sifat yang membuatnya datangi psikolog. Karena punya sifat ini, Sarwendah pun mengaku sempat diliputi ketakutan. Hal tersebut diungkap Sarwendah pada Jedar, di laman Youtube Jessica Iskandar, Senin (22/6/2020).

Pada awalnya, Jedar meyinggung soal koleksi tas Sarwendah yang ternyata jumlahnya cukup banyak. Diakui Sarwendah, koleksi tasnya ini tersimpan rapi di lemari khusus. Istri Ruben Onsu menyebut dirinya jarang mengenakan tas mewah tersebut jika bukan untuk datang ke acara.

Sehingga ia lebih memilih untuk memajang koleksi tasnya di sebuah lemari besar. "Jadi aku tuh, menurut akau kalau bukan untuk suatu event yang ini, sayang ah sayang (pakainya), jadi dipajang aja," bongkar Sarwendah. Kebiasaan Sarwendah yang selalu menyimpan barang barangnya secara rapi itu pun diakui karena bagian dari sifatnya yang perfesionis.

Mengetahui sifat Sarwendah yang selalu ingin perfeksionis, Jedar pun bertanya soal OCD atau Obsessive–compulsive disorder. "Aku itu orangnya bukan ini, aku tuh orangnya perfeksionis, jadi semua barang harus rapi," bongkar Sarwendah lagi. "OCD ya?" tanya Jedar.

"Jadi aku tuh perfeksionis," tegas Sarwendah. "Kamu pasti kalau berantakan dikit gak bisa ya?" tanya Jedar lagi. "Perfeksionis mom," jawab Sarwendah.

Lantas, istri Ruben Onsu ini pun membongkar bahwa dirinya pernah mendatangi psikolog untuk bertanya soal sifat perfeksionisnya ini. "Jadi aku tuh sampi nanya ke psikiater, ke psikolog. Bukan karena aku sakit, tapi karena aku pengin mengetahui diri aku lebih baik," ujar Sarwendah. Diakui Sarwendah, ia takut sifat perfeksionisnya ini nantinya membuat kehidupannya ikut terganggu.

"Jadi apakah perfeksionisnya aku mengganggu kehidupan aku nantinya. "Takutnya akunya sedih atau depresi. Karena takutnya kan ketika sesuatu enggak sesuai keinginan kita. Takutnya sedih, kecewa atau depresi takut ke situ," papar Sarwendah. Ternyata, setelah memlaui hasil pemeriksaan dari psikolog, Sarwendah memang terbukti punya sifat perfeksionis.

"Ternyata bener aku perfeksionis," papar Sarwendah. Dengan sifat tersebut, lantas Jessica Iskandar menanyakan perbedaan antara Sarwendah dan Ruben Onsu. Tegas, Sarwendah menjelaskan dirinya tidak menerima tawar menawar kalau soal kesempurnaan.

"Tapi kalau kamu sama kak Ruben OCD perfeksionis mana kalau soal kerapihan?" tanya Jessica Iskandar. "Aku tuh udah enggak bisa nego," tegas Sarwendah. Kemudian, Sarwendah membongkar ia tak suka jika Ruben Onsu menaruh barang semabrangan.

Sehingga, Sarwendah mengaku kerap berkali kali mengingatkan sang suami agar bisa berperilaku rapi. Bagi beberapa orang, memiliki jadwal harian terperinci adalah suatu keharusan agar aktivitas mereka berjalan sempurna. Bahkan, beberapa orang pun bisa merasa cemas karena hal sepele seperti pakaian di lemari yang tidak tertata sesuai dengan warnanya.

Lalu, tak sedikit orang yang memiliki sikap perfeksionis, sehingga segala sesuatunya ingin berjalan sempurna tanpa ada kesalahan sekecil apa pun. Namun, sikap perfeksionis tersebut bisa juga disebabkan karena penyakit mental obsessive compulsive disorder ( OCD) atau gangguan obsesif kompulsif. Dilansir dari , OCD bisa disebabkan karena sikap perfeksionisme. Namun, sifat perfeksionisme tidak terlalu ekstrem seperti OCD.

"Dari tingkat tinggi, cara terbaik untuk berpikir antara OCD dan perfeksionisme adalah dengan berpikir tentang siapa yang dilayani oleh perilaku ini dan siapa yang mengganggu?" Demikian dikatakan psikiater Joseph Baskin. Menurut Baskin, orang dengan gangguan obsesif kompulsif tahu bahwa perilaku mereka bermasalah tetapi mereka tidak bisa menghentikannya. Sementara itu, orang orang dengan perfeksionisme tidak peduli dan berusaha sebisa mungkin agar hidup mereka teratur.

OCD adalah gangguan kesehatan mental yang melibatkan pikiran berulang, tidak diinginkan, atau dorongan yang menyebabkan kecemasan seseorang. Untuk mengurangi kecemasan itu, individu melakukan tindakan atau ritual kompulsif. Kadang kadang tindakan yang mereka lakukan tidak selalu terkait dengan ketakutan atau kecemasan yang mereka coba atasi. Mereka mungkin mengerti apa yang mereka lakukan itu tidak rasional tetapi masih menghabiskan waktu berjam jam untuk melakukannya.

Penderita OCD terkadang takut kuman atau ingin menghitung kebutuhan atau hal hal tertentu dalam jumlah tertentu. "Terkadang itu hanya pemikiran obsesif bahwa mereka tidak bisa keluar dari kepala mereka," tambah Baskin. Misalnya, seseorang dengan pikiran obsesif tentang keselamatan mereka sendiri atau keselamatan orang yang mereka cintai. Atau, mungkin merasa perlu untuk membuka kunci dan mengunci pintu depan mereka berulang kali sebelum meninggalkan rumah.

"Mereka sadar tidak harus melakukannya, tetapi mereka tetap melakukannya, karena tidak membuat kecemasan mereka tak tertahankan," ucap Baskin. Hal ini tentu sangat mengganggu individu yang mengalaminya. Sementara, seseorang yang berkepribadian perfeksionisme mungkin juga memiliki kebiasaan atau ritual yang mereka ikuti dengan kaku. Misalnya, rutinitas pagi tertentu atau cara mengatur meja tempar mereka bekerja.

Tetapi, mereka tidak melakukannya karena kecemasan. "Mereka puas melakukan hal hal itu karena itu bekerja dengan baik untuk mereka, bahkan jika itu membuat orang lain gila," kata Baskin. Seseorang yang perfeksionis memiliki harapan tinggi untuk diri mereka sendiri dan orang lain.

Ciri kepribadian ini biasanya dikaitkan dengan cara pengaturan yang baik dan perilaku yang berorientasi pada tujuan. Perfeksionisme yang sehat dapat mendorong sebagian orang untuk mencapai keunggulan. Di sisi lain, standar tinggi ini juga dapat mendorong orang untuk menjadi sangat kritis terhadap diri sendiri dan orang lain. Baskin mengingatkan, kesempurnaan adalah "musuh" kebaikan.

“Ketika perfeksionisme menjadi problematis, individu itu sendiri biasanya adalah orang terakhir yang tahu,” kata dia. Seseorang dengan perfeksionisme ekstrem dan tidak sehat mungkin juga mendapat manfaat dari psikoterapi. "Tetapi orang orang ini sering tidak mencari bantuan, karena mereka tidak berpikir ada sesuatu yang salah," kata Baskin.

Mereka yang mengalami gangguan ini biasanya mempengaruhi kualitas hidup mereka. Namun, Baskin mengatakan perawatan yang tepat dapat membantu meningkatkan kualitas hidup mereka. (*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *