Perdana Menteri (PM) Kanada Justin Trudeau berlutut untuk mendukung protes anti rasis yang dipicu oleh penganiayaan berujung pembunuhan yang dilakukan seorang polisi di Minneapolis, Amerika Serikat (AS) terhadap warga keturunan Afrika Amerika George Floyd. Aksi berlutut itu ia tunjukkan di sebuah unjuk rasa di Ottawa, Kanada. Kendati demikian, ia turut diingatkan pula terkait masih adanya tindakan rasial di Kanada, meskipun skalanya tidak sebesar yang terjadi di AS.
Dikutip dari laman Russia Today, Sabtu (6/6/2020), Trudeau bergabung dengan puluhan demonstran yang melakukan aksi unjuk rasa di luar gedung parlemen Kanada untuk mendukung gerakan 'Black Lives Matter' yang masih berlangsung di negeri paman sam. Ia memang tidak berbicara dalam aksi itu, namun bertepuk tangan dan mengangguk bersama dengan orator lainnya. Aksinya yang berlutut di tengah unjuk rasa pun diapresiasi oleh para pendukungnya karena mungkin dirinya merupakan pemimpin dunia pertama yang melakukannya.
Namun, ia juga mendapat banyak kritikan terkait aksinya tersebut. Beberapa demonstran terdengar meneriakkan 'Go Blackface' selama berlangsungnya aksi, hal ini mengacu pada beberapa foto Trudeau yang tampak mengenakan 'make up bermasalah' pada beberapa kesempatan. Netizen di media sosial pun mengingatkan Trudeau terkait kesalahan masa lalunya dengan mengatakan 'Anda tidak perlu kuliah tentang rasisme dari orang orang berkulit hitam'.
Trudeau memang menghadapi pertanyaan pertanyaan sulit terkait catatannya dalam menangani rasisme dan diskriminasi di Kanada yang melampaui pelanggaran di masa mudanya. Para kritikus bahkan menuduhnya tidak melakukan apa apa selain membicarakan ketidaksetaraan yang dihadapi orang kulit hitam dan penduduk asli di Kanada. Pemimpin Partai Demokrat Baru Jagmeet Singh bahkan menantang Trudeau untuk benar benar melakukan sesuatu terkait penahanan yang tidak proporsional terhadap orang kulit hitam pada pekan ini.
Upaya Trudeau sebelumnya untuk berinteraksi dengan Gerakan George Floyd juga menuai hasil yang beragam. Saat ditanya tentang tanggapannya terhadap sikap Presiden AS Donald Trump yang menyerukan dikerahkannya pasukan militer untuk mengendalikan aksi protes di AS, ia tidak bisa memberikan jawaban selama lebih dari 20 detik. Bahkan pada saat itu, jawabannya tidak memuaskan banyak orang.
Ia juga tidak bisa memberikan jawaban yang masuk akal saat ditanya apakah Kanada akan membayar ganti rugi dan meminta maaf atas praktik perbudakan di negara itu.