Pendidikan menjadi satu di antara bidang yang terdampak akibat pandemi virus corona yang melanda Indonesia. Seluruh pembelajaran pun berganti menjadi daring atau online untuk menekan penyebaran Covid 19 semakin meluas. Kendati demikian, seiring berjalannya waktu, beberapa daerah 'zona hijau' sudah bersiap menerapkan kehidupan new normal.
Sekolah dan kampus pun menjadi salah satu yang dipersiapkan untuk menjalani kehidupan new normal. Lantas bagaimana kehidupan new normal bagi para pelajar di tengah pandemi corona yang masih ada? Pengamat pendidikan dari Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Prof Dr Harun Joko Prayitno MHum turut memberikan pandangannya.
Menurut Harun, semua bidang pendidikan harus siap untuk menghadapi fase kehidupan new normal. "Pendidikan harus siap untuk new normal karena pembelajaran masih terus berlangsung." "Jadi memang masalahnya bukan siap tidak siap, tetapi harus siap."
Dalam tahapan kehidupan new normal di bidang pendidikan, Harus menilai, kecepatan dan ketepatan adaptasi merupakan kunci penting. Seperti aturan aturan dalam kehidupan new normal harus ditanamkan secara sungguh sungguh kepada para siswa. Aturan tersebut di antaranya menjaga kebersihan, seperti disiplin mencuci tangan, mengenakan masker, menjaga jarak, dan menerapkan PHBS (pola hidup bersih sehat).
"New normal dalam dunia pendidikan itu bukan berarti dalam pembelajaran langsung dimulai." "New normal dalam konteks pendidikan misalnya yang betul betul tidak sehat dilarang masuk, datang pakai masker, menjaga jarak, rajin mencuci tangan dan sebagainya, itu new normalnya." Harun menuturkan, dalam kehidupan new normal anak anak harus memahami kebersihan itu penting dan pendidikan tidak boleh berhenti.
Terkait pembelajaran dalam kehidupan new normal, Harun mengungkapkan, akan tetap berlangsung seperti sebelum terjadinya pandemi. Namun ada beberapa pembelajaran bagi jenjang tertentu yang dimungkinkan untuk tetap berbasis daring. "Kegiatan pembelajaran tetap berlangsung seperti sebelum pandemi."
"Mungkin untuk perkuliahan bisa 50 persen daring dan 50 persen tatap muka karena dasarnya daring adalah knowing (pengetahuan)." "Tetapi semakin jejangnya ke bawah seperti TK dan SD tatap muka masih tetap diperlukan," jelasnya. Harus menuturkan, alasannya adalah ada beberapa pembelajaran dalam jenjang tertentu yang tidak bisa dilakukan dengan basis daring.
"Ada sesuatu yang tidak bisa digantikan misalnya kompetensi sosial tidak bisa digantikan dengan teknologi apapun dalam pembelajaran daring," jelasnya. Sebelumnya diberitakan, istilah new normal atau tatanan kehidupan baru di tengah pandemi corona disampaikan oleh Presiden Jokowi. Jokowi mengatakan masyarakat harus bisa berkompromi, hidup berdampingan, dan berdamai dengan Covid 19 agar tetap produktif.
Alasannya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menyatakan meski kurva kasus positif Covid 19 menurun, virus corona tidak akan hilang. Jokowi mengatakan hidup berdampingan dengan Covid 19 tidak sama dengan menyerah melawan penyakit itu. Ia menegaskan berperang melawan Covid 19 tetap berlangsung dengan menjaga protokol kesehatan yang ketat.
Pemerintah pun akan mengatur agar kehidupan masyarakat dapat kembali berjalan normal secara bertahap.