Uncategorized

Kondisi Rumah Sakit Terpadat Kasus Covid-19 di Italia: Ruang Tunggu Bagai ICU

Staf rumah sakit yang panik mengusir pers, mendorong kursi roda yang membawa wanita dan pria yang sedang menggunakan respirator. Ini bukanlah kekacauan tapi memang rumah sakit sedang sibuk dan padat. Mereka bergegas melewati bangsal yang penuh ranjang berisi orang orang dengan gangguan pernapasan.

Di antaranya sedang terengah engah dan memegang dada sambil merasakan dadanya yang sedang dipompa oksigen. "Saya di rumah sakit utama Bergamo, rumah sakit paling ramai di Italia, kota paling terpukul di Provisi Lombardy dan ini benar benar menakutkan," ujar pers dari . Sembari menggunakan masker dan sarung tangan, wartawan ini dituntun petugas medis melewati koridor penuh pasien itu.

"Ini bukan bangsal, ini ruang tunggu dan kami (rumah sakit) harus menggunakan ruang tunggu," ujar pemandupers itu dari Kepala Kantor Pers Rumah Sakit, Vanna Toninelli. "Tim medis berperang di sini dan mereka kalah." Banyaknya orang yang terjangkit wabah corona ini alhasil membanjiri setiap rumah sakit di Italia Utara.

Sementara itu paramedis berjuang menangani pasien dan memastikan mereka tidak meregang nyawa akibat sakit ini. Saat menangani pasien dengan kondisi kritis, para petugas medis ini berkerumun untuk memasangkan monitor, infus, dan yang terpenting adalah respirator. Koridor ini hanyalah tempat kedatangan untuk pasien darurat, namun nampak sebagai ruang perawatan intensif atau (ICU).

Orang orang yang baru datang terlihat kondisinya lebih parah daripada yang ada di dalam bangsal. Di rumah sakit ini, pasien yang memenuhi syaratlah yang boleh dirawat dalam ruang intensif. Masih mengutip Sky News, hanya yang sudah dalam keadaan sekarat yang dirawat bahkan sakit parah pun tidak cukup.

Sebelumnya, rumah sakit Bergamo tidak mengizinkan pers untuk meliput keadaan mereka. Namun akhirnya pihak Kota Bergamo sendiri yang mengundang wartawan ini untuk menunjukkan bencana yang tengah terjadi di sana. "Mereka (Kota Bergamo) ingin anda melihatnya. Mereka ingin dunia mempertanyakan pemerintah mereka sendiri," jelas wartawan ini.

Kepala Perawatan Darurat, Dr Roberto Cosentini mengaku belum pernah merasakah kondisi segenting ini. Bahkan dia memperingatkan Inggris bahwa negara itu tidaklama lagi akan merasakan apa yang Italia rasakan saat ini. "Ini adalah pneumonia yang sangat parah dan itu adalah tekanan besar sistem kesehatan."

"Karena kami melihat setiap hari 50 60 pasien datang ke unit gawat darurat kami menderita pneumonia, dan kebanyakan dari mereka sangat parah sehingga mereka membutuhkan volume oksigen yang sangat tinggi," jelas Roberto. "Jadi kami harus menata kembali ruang gawat darurat dan rumah sakit kami untuk tingkat perawatan intensif." Bahkan salah satu rumah sakit paling maju di Italia, Papa Giovanni XXII bertekuk lutut dengan pandemi global Covid 19.

Kota Bergamo sendiri memang pusat penyebaran Covid 19 di Lombardy dan Italia. Kini rumah sakit di sana mau tidak mau harus terus berjuang memerangi wabah mematikan ini. Salah satu warga Italia, Alfredo Visioli menghembuskan nafas terakhirnya setelah terjangkit Covid 19.

Penyakit ini merenggut label panjang umur padanya, karena meninggal pada usia 83 tahun. Alfredo dimakamkan di tanah kelahirannya yakni Kota Cremona, Italia Utara. Tidak ada keluarga maupun orang orang terdekat Alfredo pada acara penguburannya.

Bahkan upacara pemakaman pun tidak dilaksanakan sebagaimana lazimnya. "Mereka menguburnya seperti itu, tanpa pemakaman, tanpa orang orang yang dicintainya, hanya dengan doa dari pendeta," kata cucu Alfredo, Marta Manfredi yang juga tidak hadir dalam pemakaman kakeknya itu, dilansir . Apalagi kalau bukan isolasi yang memaksanya untuk tetap tinggal di rumah.

"Ketika ini semua berakhir, kami akan memberinya pemakaman yang nyata," sumpah Manfredi. Pandemi global corona ini sempurna mengubah semua tradisi bahkan sampai pada penghormatan terakhir untuk seorang almarhum. Seakan tidak ada lagi ruang tanpa Covid 19 di Italia, sebab ritual kuno untuk menghormati orang meninggal dan menghibur keluarga yang berduka dipangkas karena takut justru malah menjadi malapetaka sendiri.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *