Steven Indra Wibowo, seorang mualaf yang menjual semua hartanya untuk membantu para medis berharap gerakannya diikuti oleh orang kaya lainnya yang ada di Indonesia. Pria yang akrab disapa Koh Steven ini merupakan pendiri sekaligus Ketua Mualaf Centre Indonesia. Selama membantu para medis dan warga terdampak korona, ia mengaku sudah menjual dua rumah, tujuh mobil, dan tiga motor gede.
Proses penjualan harta benda yang dimilikinya tersebut sudah berlangsung sejak dua bulan kebelakang. Saat itu ia bersama timnya yang berjumlah 11 orang itu merencanakan niat mulia ini ketikaberkumpul di Yogyakarta. Bagi dia, harta yang dimilikinya hanyalah titipan Allah Swt. Yang namanya titipan, kata dia, pasti harusdikembalikan.
Koh Steven berusaha meniru apa yang dicontohkan Rasulullah Saw. Menurut dia, Rasul pernah memperingatkan orang orang bahwa ada dua hal yang tidak disukai manusia. Pertama,kematian, padahal ini lebih baik daripada fitnah. Kedua, adalah kefakiran atau kemiskinan. Padahaldengan sedikitnya harta, maka sedikit pula yang dihisab pada hari akhir nanti.
Total uang yang terkumpul dari penjualan hartanya itu mencapai Rp12 miliar. Semua uang itu dipakaiuntuk memproduksi 48 ribu pakaian hazmat yang dibagikan secara gratis ke 4.781 fasilitas kesehatan diseluruh Indonesia, 150 ribu masker, di mana 12 ribu di antaranya merupakan masker N95 yang berlapistujuh dan sisanya masker medis biasa yang tiga lapis. "Kami juga sumbang hazmat ke tempat tempat pemakaman umum, khususnya untuk para petugas yangturut memakamkan korban korona yang meninggal. Kami hanya memfasilitasi bantuan untuk fasilitaskesehatan, dokter, dan perawat yang resmi," ujarnya. Menurut Koh Steven, ia paham betul dalam membuat hazmat saat ia bekerja di salah satu perusahaandi Singapura. Saat itu, perusahaannya mendapatkan order untuk membuat pakaian hazmat dari WHO.
Akhirnya kedua belah pihak sepakat untuk membuat pakaian hazmat pada Januari 2020. Ia pun mengira pakaian hazmat tersebut untuk menangani virus seperti MERS. Tapi setelah bertemu dengan pihak WHO barulah dijelaskan jika pakaian tersebut untuk pakaian alat pelindung diri dari viruskorona. Untuk bahan hazmat, Koh Steven mengimpor dari Jepang, sedangkan mesinnya ia impor dari Tiongkok.
Koh Steven kemudian belajar dari teman teman di WHO tentang caranya sanitizing, sterilisasi, dan bagaimana memasukkannya ke dalam bahan. Terus ia belajar tentang berbagai jenis UV. Kini, ada 70 lebih penjahit yang membantu memproduksi ribuan hazmat. Mesin mesin jahit yang diimpor itu ditaruh di rumah si penjahit agar mudah dikerjakan. Koh Steven menanggung biaya listrik rumah, termasuk juga membayar puluhan penjahit tersebut.
Para penjahit ini bekerja lebih dari 12 jam danongkos lemburnya tidak dibayar. Selain memproduksi hazmat, ia pun memasang surgical gown untuk 43 ribu pakaian alat pelindung diri (APD) yang belum berstandar WHO. “Para petugas medis meminta agar kami memasangkan surgicalgown di bagian dalam hazmat agar virus korona tak bisa tembus,” tuturnya. Ia pun menyumbang 80 ribu liter hand sanitizer, ribuan paket sembako, dan makanan siap saji untukorang orang yang terdampak pandemi Covid 19.
Hingga kini, total paket sembako yang telah dibagikanmencapai sebanyak 120 ribu paket. Sedangkan total paket makanan siap santap yang dibagikan gratiske seluruh Indonesia sebanyak 560 ribu paket. "Kami berusaha untuk membantu warung warung makan lokal agar tetap survive dengan cara order masakan dari mereka untuk dibagikan ke orang orang yang membutuhkan. Makanan gratis siap sajitersebut kami peruntukkan bukan hanya untuk kaum muslim saja, tetapi semua orang yangmembutuhkan uluran tangan kita,” kata dia. Dia berharap langkahnya dapat diikuti oleh orang banyak.
Sebab, ia memprediksi wabah ini akanberlangsung lama dan akan semakin banyak warga terdampak hingga tidak memiliki makanan.